Rabu, 29 April 2009

Iklan Sekolah Gratis

Hati-Hati Obralan Janji

Iklan Sekolah Gratis
Tertulis cukup besar di dalam pita merah; Sekolah Gratis. Di atasnya nampak tulisan yang sedikit lebih kecil; Mulai Tahun 2009. Dengan ukuran yang sama namun tertulis di bawah; Khusus SD dan SMP Negeri. Satu baris tulisan lagi dibuat sangat kecil di bawahnya; (kecuali RSBI dan SBI). Empat rangkaian kata inilah yang tengah gencar disosialisasikan dalam bentuk iklan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

“Penggarapan iklannya oke, tidak kalah dengan iklan produk telepon selular. Tapi masih banyak kok teman-teman saya yang belum tahu maksud sekolah gratis itu. Buktinya masih ada penarikan biaya di sekolah, apalagi pada swasta,” tutur Atik Budiani, seorang wali murid pada SDN Kampung Dalem 6 Kota Kediri.
Penuturan ini setidaknya menjadi tolok ukur betapa masyarakat masih membutuhkan penjelasan yang lebih detail tentang maksud dari iklan Sekolah Gratis ini. Jika hal ini tidak mampu disosialisasikan dengan baik oleh pembuat iklan, bukan tidak mungkin masyarakat menganggap program ini sebagai obralan janji. Apalagi waktu pemunculan iklannya semakin memperkuat adanya unsur kepentingan politik.
“Kalau dicermati, munculnya iklan ini menjelang pemilu legislatif lalu dan besar kemungkinan akan terus berlanjut hingga pemilu presiden Juli nanti. Dengan timing seperti ini iklan Sekolah Gratis lebih dominan sebagai iming-iming dan komoditas politik. Makanya masyarakat harus hati-hati,” tutur Dr Kridawati Sadhana, praktisi politik Universitas Merdeka Malang.
Harapan agar masyarakat berhati-hati juga diungkap praktisi pendidikan Drs M Yahmin MPd. Menurutnya dasar hukum -setidaknya berupa Peraturan Pemerintah (PP)- dari program Sekolah Gratis tidak turut disampaikan dalam materi sosialisasi di iklan. Tanpa produk hukum ini, Yahmin menilai bila program Sekolah Gratis tidak lebih sekadar itikad baik yang diberikan pemerintah pada masyarakat.
“Program ini jelas butuh anggaran dan untuk bisa melaksanakannya diperlukan PP. Kalau tidak ada PP berarti tidak ada dasar hukum dan masyarakat tidak memiliki daya kontrol yang kuat sekaligus daya paksa agar program ini bisa terwujud,” jelas dosen IKIP Budi Utomo Malang ini.
Malah oleh pakar komunikasi politik UMM ini, Nurudin, iklan Sekolah Gratis hendaknya dipahami masyarakat sebatas sebagai iklan. Artinya masyarakat jangan sampai berharap terlalu tinggi atas pelaksanaan materi iklan ini. Apalagi dengan nuansa politis yang kental, masyarakat masih harus memerah dan menyaring sendiri sejauh mana realibilitas keterwujudannya.
“Iklan politik itu sifatnya persuasif, artinya informasi sampai dulu di masyarakat sedang unsur rasionalitasnya kadang tidak dipertimbangkan. Namanya juga iklan politik itu maka pelaksanannya amat tergantung pada siapa yang berkuasa? Siapa presiden? Siapa menteri pendidikannya?,” jelas Nurudin
Dengan segenap rambu-rambu agar masyarakat lebih berhati-hati menangkap pesan dalam iklan ini, satu sisi merupakan bentuk pendidikan politik bagi masyarakat. Seperti yang diharapkan oleh Kepala SMKN 03 Batu, Drs Didit Priyo Utomo, melalui
materi iklan ini masyarakat jadi mengerti dan bisa turut mengawasi program pendidikan gratis ini..
”Kalau di sekolah masih juga ditarik biaya dan tidak gratis, ya laporkan. Malah Harusnya ada iklan pendukung dari pemerintah yang menegaskan masyarakat agar mengawal program ini,” kata Didit.
Oleh Dinas Pendidikan Kota Batu, keinginan ini sudah ditangkap dengan menginstruksikan sekolah negeri memasang spanduk pemberitahuan bahwa pendidikan SD-SMP di Kota Batu sudah gratis. ”Jika masih ada yang tidak memasang, akan kita peringatkan secara lisan dulu, kita beri jangka waktu sampai akhir tahun ajaran baru,” ungkap Dra Rita Ekowati MM, Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Batu. tim-KP

Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ialah upaya pembinaan bagi anak sejak lahir nganti usia enam tahun sing dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan. Tujuane nggo membantu pertumbuhan lan perkembangan jasmani rohani sebagai persiapan nggo melebu nang jenjang pendidikan dasar. PAUD kudhu dianggap sebagai upaya awal ke arah pertumbuhan lan perkembangan lahiriah (koordinasi motorik halus lan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap lan perilaku termasuk juga agama), bahasa lan komunikasi, sing disesuaikan karo keunikan serta tahap-tahap perkembangan sing dilalui anak usia dini.